Rendahnya produksi pengetahuan perkoperasian dalam bentuk teori, hasil riset dan sebagainya.

Hal tersebut yang membuat gerakan koperasi dirasa stag dan menjadi kurang inovatif di banding sektor swasta. Di tingkat global, kegelisahan itu muncul misalnya pada Konferensi First Asia Pacific Co-operative Research Partnership Conference February 5-7 2015, Bangkok, Thailand. Konferensi tersebut merupakan tindak lanjut dari salah satu Resolusi Bali (8th Co-operative Forum and 11th ICA-AP Regional Assembly, Bali, Indonesia tahun 2014) tentang perlunya penguatan riset sosial ekonomi dan koperasi.

Masih perlunya peningkatan SDM koperasi baik kuantitas dan kualitasnya 

Kualitas SDM koperasi akan terlihat jauh misalnya dengan mentolok ukur (benchmark) SDM sektor swasta. Dalam potret yang demikian, koperasi tak boleh berbangga diri di bawah jargon-jargon besar seperti: soko guru ekonomi, ekonomi konstitusional Indonesia dan sebagainya. Namun harus mampu mewujudkannya dalam praktika keseharian termasuk dalam kinerja SDMnya.

Perlunya membangun model-model pemberdayaan sosial ekonomi di masyarakat yang digawangi oleh koperasi atau gerakan koperasi.

Hal itu agar koperasi juga menjadi mawas diri bahwa keberadaannya bukan sekedar bisnis ekonomi, melainkan juga meningkatkan kualitas sosial-budaya masyarakat. Di sisi lain agar koperasi tidak mandeg dalam membangun inovasi-inovasi sosial ekonomi di masyarakat.

Dewan Pembina: Prof. Rubiyanto Misman, Dr. Muhammad  Taufiq| Dewan Pakar: M. Arsyad Dalimunte, HC., Suroto, HC., Darsono, HC., Ilham Nasai, HC., Herliana, HC., Sarwono, HC., Taufik Budhi, HC., Adi Bahari, HC.

Direktur: Firdaus Putra, HC. | Deputi Riset & Pengembangan: Dodi Faedulloh  Staf: Ahmad Jaetulloh, Ahmad Taqiyudin, HC. | Deputi Bidang Pendidikan & Pelatihan: Angjar Muti, HC.  Staf: Robertus Aditya, Aviv Feldi | Deputi Bidang Pemberdayaan Sosial: Bangkit Wismo Staf: Anis Saadah, Agung Prasetyo F. | Deputi Bidang Operasional & Keuangan: Yogi Prasetyo Staf: Panji Abdulrahman